Namaku Aulia Jasmine
Lahzhah. Keluargaku cukup terpandang. Ayahku seorang pejabat, sedangkan ibuku
seorang pengusaha butik terkenal di Indonesia, dan kakakku sednag berkuliah di
Harvard University. Aku duduk dibangku kelas 2 SMP terelit di Jakarta. Setiap
kali liburan datang, ayahku selalu mengajak kami sekeluarga berwisata keluar
negeri. Hampir seluruh wilayah di muka bumi pernah aku kunjungi bersama
keluargaku.
Liburan
datang. Liburan kali ini, aku dan keluargaku berwisata ke New York. Betapa
bahagianya aku, berada ditengah-tengah keluarga ini. Apapun yang aku inginkan,
selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku, selama permintaan tersebut merupakan
hal-hal yang baik. Setelah 4 hari disana,
sekarang tiba saatnya untuk kembali ke tanah air, sedih rasanya, tapi mau
gimana lagi, liburan sudah hampir habis, dan perjalan New York - Indonesia
memakan waktu yang cukup lama. Setibanya di Indonesia, entah mengapa, hatiku
seperti hancur berantakan, aku seperti tau, apa yang akan terjadi, selama
seminggu, hatiku tak henti-hentinya berprasangka buruk. Seperti ada kejadian
yang selama ini tak pernah kusangka akan segera terjadi. Aku takut..
Ternyata,
semua dugaanku selama ini benar. Aku tak bisa merasakan semua kesenangan itu
lagi. Setelah kejadian semua ini menimpaku dan keluargaku secepat kilat. Ketika
aku tertidur lelap, tiba-tiba ada suara yang membuatku kaget setengah mati!
Suara itu membuatku terbangun dan lompat dari tempat tidurku. Tak kusangka,
suara itu ialah suara ayahku yang membuat jantungku berdetak lebih kencang. Aku
menjerit! Aku tak kuat menahan semua yang kurasa pada saat itu juga. Kata-kata
yang keluar dari mulut ayahku membuat hatiku hancur berkeping-keping dan
seperti mimpi buruk yang sedang menimpaku. Mimpi buruk yang tak pernah aku
bayangka apa jadinya, jika menjadi kenyataan.
“Nak..
ibumu sudah meninggalkan kita, dan ia tidak akan pernah untuk kembali lagi..
ibumu terkena serangan jantung, dan tak bisa diselamatkan lagi..” kata ayahku.
Ini adalah mimpi buruk yang telah menjadi kenyataan. Kemudian aku merasa
sekitarku menjadi buram dan gelap. Ketika aku terbangun, aku merasa mengalami
mimpi buruk setelah ayahku menjelaskannya lagi kepadaku. “Sudahlah Nak, jangan
terus menangis, kita sudah menjadi kehandak-Nya. Kita hanya bisa mendoakan ibu,
semoga kelak diterima di sisi-Nya” kata ayahku. “Iya, Pa. Aku akan berusaha
tegar, untuk mengahadapin segalanya” jawabku. Kini aku tersadar, ini bukanlah
mimpi, namun inilah kenyataan yang tak mungkin bisa aku lari darinya. Kasih sayang
dan segala jasa Ibuku, akan selalu aku kenang untuk selamanya.
Beberapa
jam kemudian, rumahku penuh dengan tamu yang hendak takziah. Dan, kini, aku
melihat dengan mata kepalaku sendiri pemakaman ibuku, yang rasanya seperti
mimpi buruk bagiku. Kejadian itu membuatku merasa seperti manusia yang tak ada
gunanya lagi untuk melanjutkan hidup. Seluruh anggota keluarga besarku, telah
memotivasiku agar tetap bisa untuk melanjutkan hidup ini..
Kini,
kehidupanku berbeda, setelah Ibu pergi meninggalkan dunia ini. Ibu yang selalu
mengajariku saat kesedihan menyapa, dan ibu yang senantiasa melukiskan
keikhalasanya melalui memaafkan kesalahan apapun oleh anak-anaknya.
Beberapa
hari setelah kejadian itu. Mimpi burukku datang kembali menghampiri keluargaku.
Yang membuatku tak ada semangat lagi untuk hidup. Ayahku menjadi terdakwa dalam
kasus korupsi wisma atlit. Sehingga, mengharuskan beliau untuk dipenjara selama
5 tahun dan denda 200 juta. Aku tak pernah menyangka, semua terjadi secepat
ini. Kejadian ini, mengharuskan kakakku berhenti untuk sementara dari kegiatan
kuliahnya. Dan ia pulang ke Indonesia, menemaniku menjalani hidup yang telah
berganti ini.
Aku
pun dikeluarkan dari sekolahku, karna tak mampu lagi untuk membayar SPP. Aku
pun pindah ke sekolah negeri, tak ada lagi sekolah elit di dalam benakku.
Namun, semangatku takan pernah pupus lagi, karna demi keluargaku, aku mau untuk
melanjutkan hidupku dan memperbaiki semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku
perbuat. Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku! Aku ingin mereka melihat
kesuksesan yang aku raih! Walau ibuku kini tlah tiada, paling tidak beliau
merasakan.. aku pasti bisa!
Aku
dan kakakku tinggal dirumah kontrakan kecil yang beralaskan tikar. Tiada lagi
kata “serba mewah” dalam benakku. Semua sisi kehidupanku berubah drastis. Untuk
makan pun, aku dan kakakku harus berjuang keras mencari uang kesana-kemari.
Kini, aku dapat mengambil hikmah dari kejadian ini semua. Aku tau, betapa
susahnya mencari uang, bahkan sepeserpun. Aku menyesal, telah menggunakan uang
kedua orang tuaku untuk berfoya-foya. Untuk jalan-jalan bersama teman-temanku,
dan membeli barang yang sangat tidak diperlukan.
Beberapa hari kemudian, kakakku demam. Mungkin
karna ia tak biasa dengan keadaan seperti ini. Apapun yang kita inginkan,
selalu harus berjuang terlebih dahulu. Aku pun harus berjuang 2 kali lipat dari
sebelumnya untuk kesembuhan kakakku. Sepulang sekolah aku menjual Koran, lalu
menyemir sepatu.. apapun yang aku bisa lakukan untuk kebahagiaan kakakku, akan
aku lakukan.
Tak
terasa, 5 tahun berjalan.. betapa bahagianya aku, melihat sosok lelaki ganteng,
tegap dan bijaksana berdiri di depanku, dan memberiku seulas senyuman yang bisa
membuatku tersenyum lebar. Aku berlari sekencang mungkin menuju arahnya, aku
ingin segera memeluknya, dan berkata “selamat!”. Ialah ayahku. Orang yang telah
memberikan kasih sayangnya sebesar jagad raya.. aku, kakakku dan ayahku
berpelukan erat, serasa tak mau melepaskan pelukan ini.. Alangkah senangnya,
sampai-sampai aku tak kuasa, dan meneteskan air mata ini. Ayahku telah bebas
dari hukuman penjara. Dan, kini, kami hidup bertiga..
3
hari lagi, aku akan mengikuti Ujian Nasional kelas 3 SMA, dan sebentar lagi aku
akan melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi. Di hari kelulusanku, aku
berjalan menu ju panggung secara bergantian dengan teman-temanku.. didepan
sana, kulihat seorang laki-laki dan perempuan yang memberikan senyumannya
kepadaku. Senyuman yang telah membangkitkanku dari keterpurukan. Dan, senyuman
yang telah menjadikan dunia ini ada.. kini, aku duduk diantara mereka, ayah dan
kakakku tersayang. Tak kusangka, aku diumumkan mejadi siswa yang memperoleh
nilai tertinggi Ujian Nasional. Dan, yang paling membuatku tak percaya, aku
mendapatkan beasiswa berprestasi di Universitas Indonesia. Impianku kini berada
di genggamanku. Aku bersalaman kepada ayahku dan berkata
“ayah.. terimakasih atas jasa yang
telah engkau berikan, atas pengorbanan demi anak-anakmu, dam darimu ayah.. aku
mengerti arti sebuah pengorbanan. Entah bagaimana membala cintamu ayah..
mungkin hanya doa selalu aku persembahkan agar ayah selalu baik-baik saja..”
dengan terbata-bata aku ucapkan kalimat itu, dan dengan tetesan air mata. Ayah
menjawab “iya Nak, selama kamu bahagia, ayah akan selalu turut berbahagia..”
2
hari lagi, aku akan memulai pendidikanku di perguruan tinggi. Kini, ayahku
telah mendapatkan pekerjaannya kembali. Dan mulai saat ini aku akan berusaha
untuk mengurangi beban ayah, walau aku tak memiliki penghasilan, setidaknya
membuat ia bangga karena prestasiku..
4
tahun kemudian, aku menjadi sarjana ekonomi. Dan, aku bekerja di perusahaan
swasta. Alangakh bahagianya, aku dapat meraih semua yang aku impikan. Dan,
beberapa hari lagi, kakakku akan melangsungkan pernikahannya. Ia menikah
bersama orang yang benar-benar mencintainya,
Malam
hari, di depan meja belajarku, aku memegang bolpoin, aku siapkan selembar
kertas, aku menulisnya kata demi kata :
“Ibu..
Aku rindukan ibu,
ibu yang selalu mengajariku ikhlas bagaimana untuk tidak membenci kepada orang
yang menyakiti agar air mata ini tidak jatuh lagi..
Ibu..
Aku ingin kau
melihat kesuksesaan dapat atas anak-anakmu raih!
Kini, bagai hujan
tanpa henti, ketika aku kehilangan sosok yang aku cinta,
kau ibu….
Terimakasih atas
segala kasih sayang yang kau berikan ibu.
Aku takkan mampu
membalasnya semua..
Aku hanya bisa
mendoakanmu..
Semoga, kau
diterima disisi-Nya, dan medapatka tempat yang lebih baik..
Amin..
Sesungguhnya,
Allah Maha Pendegar segala doa..
Surat ini aku
tulis, berharap Tuhan membacanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar