Selasa, 29 Mei 2012

Matahari Penyemangat Hidup


Namaku Aulia Jasmine Lahzhah. Keluargaku cukup terpandang. Ayahku seorang pejabat, sedangkan ibuku seorang pengusaha butik terkenal di Indonesia, dan kakakku sednag berkuliah di Harvard University. Aku duduk dibangku kelas 2 SMP terelit di Jakarta. Setiap kali liburan datang, ayahku selalu mengajak kami sekeluarga berwisata keluar negeri. Hampir seluruh wilayah di muka bumi pernah aku kunjungi bersama keluargaku.

            Liburan datang. Liburan kali ini, aku dan keluargaku berwisata ke New York. Betapa bahagianya aku, berada ditengah-tengah keluarga ini. Apapun yang aku inginkan, selalu dipenuhi oleh kedua orang tuaku, selama permintaan tersebut merupakan hal-hal yang baik. Setelah 4 hari disana, sekarang tiba saatnya untuk kembali ke tanah air, sedih rasanya, tapi mau gimana lagi, liburan sudah hampir habis, dan perjalan New York - Indonesia memakan waktu yang cukup lama. Setibanya di Indonesia, entah mengapa, hatiku seperti hancur berantakan, aku seperti tau, apa yang akan terjadi, selama seminggu, hatiku tak henti-hentinya berprasangka buruk. Seperti ada kejadian yang selama ini tak pernah kusangka akan segera terjadi. Aku takut.. 


            Ternyata, semua dugaanku selama ini benar. Aku tak bisa merasakan semua kesenangan itu lagi. Setelah kejadian semua ini menimpaku dan keluargaku secepat kilat. Ketika aku tertidur lelap, tiba-tiba ada suara yang membuatku kaget setengah mati! Suara itu membuatku terbangun dan lompat dari tempat tidurku. Tak kusangka, suara itu ialah suara ayahku yang membuat jantungku berdetak lebih kencang. Aku menjerit! Aku tak kuat menahan semua yang kurasa pada saat itu juga. Kata-kata yang keluar dari mulut ayahku membuat hatiku hancur berkeping-keping dan seperti mimpi buruk yang sedang menimpaku. Mimpi buruk yang tak pernah aku bayangka apa jadinya, jika menjadi kenyataan.

            “Nak.. ibumu sudah meninggalkan kita, dan ia tidak akan pernah untuk kembali lagi.. ibumu terkena serangan jantung, dan tak bisa diselamatkan lagi..” kata ayahku. Ini adalah mimpi buruk yang telah menjadi kenyataan. Kemudian aku merasa sekitarku menjadi buram dan gelap. Ketika aku terbangun, aku merasa mengalami mimpi buruk setelah ayahku menjelaskannya lagi kepadaku. “Sudahlah Nak, jangan terus menangis, kita sudah menjadi kehandak-Nya. Kita hanya bisa mendoakan ibu, semoga kelak diterima di sisi-Nya” kata ayahku. “Iya, Pa. Aku akan berusaha tegar, untuk mengahadapin segalanya” jawabku. Kini aku tersadar, ini bukanlah mimpi, namun inilah kenyataan yang tak mungkin bisa aku lari darinya. Kasih sayang dan segala jasa Ibuku, akan selalu aku kenang untuk selamanya.


            Beberapa jam kemudian, rumahku penuh dengan tamu yang hendak takziah. Dan, kini, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri pemakaman ibuku, yang rasanya seperti mimpi buruk bagiku. Kejadian itu membuatku merasa seperti manusia yang tak ada gunanya lagi untuk melanjutkan hidup. Seluruh anggota keluarga besarku, telah memotivasiku agar tetap bisa untuk melanjutkan hidup ini..

            Kini, kehidupanku berbeda, setelah Ibu pergi meninggalkan dunia ini. Ibu yang selalu mengajariku saat kesedihan menyapa, dan ibu yang senantiasa melukiskan keikhalasanya melalui memaafkan kesalahan apapun oleh anak-anaknya.

            Beberapa hari setelah kejadian itu. Mimpi burukku datang kembali menghampiri keluargaku. Yang membuatku tak ada semangat lagi untuk hidup. Ayahku menjadi terdakwa dalam kasus korupsi wisma atlit. Sehingga, mengharuskan beliau untuk dipenjara selama 5 tahun dan denda 200 juta. Aku tak pernah menyangka, semua terjadi secepat ini. Kejadian ini, mengharuskan kakakku berhenti untuk sementara dari kegiatan kuliahnya. Dan ia pulang ke Indonesia, menemaniku menjalani hidup yang telah berganti ini.  

            Aku pun dikeluarkan dari sekolahku, karna tak mampu lagi untuk membayar SPP. Aku pun pindah ke sekolah negeri, tak ada lagi sekolah elit di dalam benakku. Namun, semangatku takan pernah pupus lagi, karna demi keluargaku, aku mau untuk melanjutkan hidupku dan memperbaiki semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku perbuat. Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku! Aku ingin mereka melihat kesuksesan yang aku raih! Walau ibuku kini tlah tiada, paling tidak beliau merasakan.. aku pasti bisa!

            Aku dan kakakku tinggal dirumah kontrakan kecil yang beralaskan tikar. Tiada lagi kata “serba mewah” dalam benakku. Semua sisi kehidupanku berubah drastis. Untuk makan pun, aku dan kakakku harus berjuang keras mencari uang kesana-kemari. Kini, aku dapat mengambil hikmah dari kejadian ini semua. Aku tau, betapa susahnya mencari uang, bahkan sepeserpun. Aku menyesal, telah menggunakan uang kedua orang tuaku untuk berfoya-foya. Untuk jalan-jalan bersama teman-temanku, dan membeli barang yang sangat tidak diperlukan.

             Beberapa hari kemudian, kakakku demam. Mungkin karna ia tak biasa dengan keadaan seperti ini. Apapun yang kita inginkan, selalu harus berjuang terlebih dahulu. Aku pun harus berjuang 2 kali lipat dari sebelumnya untuk kesembuhan kakakku. Sepulang sekolah aku menjual Koran, lalu menyemir sepatu.. apapun yang aku bisa lakukan untuk kebahagiaan kakakku, akan aku lakukan.

            Tak terasa, 5 tahun berjalan.. betapa bahagianya aku, melihat sosok lelaki ganteng, tegap dan bijaksana berdiri di depanku, dan memberiku seulas senyuman yang bisa membuatku tersenyum lebar. Aku berlari sekencang mungkin menuju arahnya, aku ingin segera memeluknya, dan berkata “selamat!”. Ialah ayahku. Orang yang telah memberikan kasih sayangnya sebesar jagad raya.. aku, kakakku dan ayahku berpelukan erat, serasa tak mau melepaskan pelukan ini.. Alangkah senangnya, sampai-sampai aku tak kuasa, dan meneteskan air mata ini. Ayahku telah bebas dari hukuman penjara. Dan, kini, kami hidup bertiga..

            3 hari lagi, aku akan mengikuti Ujian Nasional kelas 3 SMA, dan sebentar lagi aku akan melanjutkan pendidikanku di perguruan tinggi. Di hari kelulusanku, aku berjalan menu ju panggung secara bergantian dengan teman-temanku.. didepan sana, kulihat seorang laki-laki dan perempuan yang memberikan senyumannya kepadaku. Senyuman yang telah membangkitkanku dari keterpurukan. Dan, senyuman yang telah menjadikan dunia ini ada.. kini, aku duduk diantara mereka, ayah dan kakakku tersayang. Tak kusangka, aku diumumkan mejadi siswa yang memperoleh nilai tertinggi Ujian Nasional. Dan, yang paling membuatku tak percaya, aku mendapatkan beasiswa berprestasi di Universitas Indonesia. Impianku kini berada di genggamanku. Aku bersalaman kepada ayahku dan berkata
“ayah.. terimakasih atas jasa yang telah engkau berikan, atas pengorbanan demi anak-anakmu, dam darimu ayah.. aku mengerti arti sebuah pengorbanan. Entah bagaimana membala cintamu ayah.. mungkin hanya doa selalu aku persembahkan agar ayah selalu baik-baik saja..” dengan terbata-bata aku ucapkan kalimat itu, dan dengan tetesan air mata. Ayah menjawab “iya Nak, selama kamu bahagia, ayah akan selalu turut berbahagia..”

            2 hari lagi, aku akan memulai pendidikanku di perguruan tinggi. Kini, ayahku telah mendapatkan pekerjaannya kembali. Dan mulai saat ini aku akan berusaha untuk mengurangi beban ayah, walau aku tak memiliki penghasilan, setidaknya membuat ia bangga karena prestasiku..

            4 tahun kemudian, aku menjadi sarjana ekonomi. Dan, aku bekerja di perusahaan swasta. Alangakh bahagianya, aku dapat meraih semua yang aku impikan. Dan, beberapa hari lagi, kakakku akan melangsungkan pernikahannya. Ia menikah bersama orang yang benar-benar mencintainya,

            Malam hari, di depan meja belajarku, aku memegang bolpoin, aku siapkan selembar kertas, aku menulisnya kata demi kata :

“Ibu..
Aku rindukan ibu, ibu yang selalu mengajariku ikhlas bagaimana untuk tidak membenci kepada orang yang menyakiti agar air mata ini tidak jatuh lagi..
Ibu..
Aku ingin kau melihat kesuksesaan dapat atas anak-anakmu raih!
Kini, bagai hujan tanpa henti, ketika aku kehilangan sosok yang aku cinta,
kau ibu….
Terimakasih atas segala kasih sayang yang kau berikan ibu.
Aku takkan mampu membalasnya semua..
Aku hanya bisa mendoakanmu..
Semoga, kau diterima disisi-Nya, dan medapatka tempat yang lebih baik..
Amin..
Sesungguhnya, Allah Maha Pendegar segala doa..

Surat ini aku tulis, berharap Tuhan membacanya.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar