Sabtu, 02 Juni 2012

Sweet Lollipop

Aku punya sahabat kecil yang akrab sekali denganku, namanya Dafy Caraka Pratama, biasa dipanggil Dafy. Walaupun dia sahabat cowok, dia sangat perhatian sekali denganku. Kami bertetangga sejak kecil, bahkan sehabis dilahirkan. Kami berdua lahir di tempat yang sama, tempat tidur kami pun bersebelahan. Selisih lahirnya pun hanya 8 jam, dan Dafy lebih dulu dilahirkan.
            Sejak berusia 3 tahun, aku dan Dafy setiap sore hari tiba, kami selalu bersepeda bersama mengelilingi perumahan.  Kegiatan rutin itu berhenti saat Dafy harus meninggalkan kota ini. Dafy harus pindah saat menginjak usia 8 tahun. Dia terserang harus kehilangan kekebalan tubuhnya, atau lebih tepat disebut lupus. Rumah sakit di kotaku tidak memiliki peralatan medis yang Dafy butuhkan sekarang, peralatan medisnya tak selengkap rumah sakit di kota-kota besar. Jadi , itu semua mengharuskan Dafy untuk meninggalkan kota kelahirannya. Dia dipindahkan ke luar kota, untuk mendapatkan perawatan yang intensif. 1 tahun sakit yang diderita Dafy tak kunjung selesai. Tepat satu tahun Dafy perg , aku juga harus pindah, tapi sayangnya di kota yang berbeda dengan Dafy bertempat tinggal sekarang..
            Aku pindah karena pekerjaan ayahku. Semenjak itu, kabar tentang Dafy tak pernah ku dengar. 10 tahun tlah berlal.. aku mendapatkan beasiswa kuliah di Harvard University, Amerika. Cita-citaku yang slalu aku nanti-nantikan akhirnya terwujud. Sejak kecil aku dan Dafy berjanji, ”Suatu saat nanti, kita pasti bisa kuliah di Harvard“. Semua orang menertawakanku, saat aku menceritakkan keinginanku untuk kuliah disana, kedengarannya memang sangat tidak mungkin. Tapi pada kenyataannya lah, sekarang aku bisa duduk di bangku Harvard. Sayangnya, aku tidak bersama Dafy. Pikirku, mungkin Dafy sudah pergi dari dunia ini, karena penyakit yang dideritanya.
            Aku kangen sekali, sama gaya Dafy berbicara, cara dia senyum, canda, tawa,pernah aku lalui bersamanya.Jujur, aku sangat beruntung bisa mengenal dia, apalagi menjadi sahabatnya. Aku pikir dia adalah sosok yang pantang menyerah dan tak kenal putus asa.
            “za!” sapa Fhiya, membuyarkan lamunanku
            “apa’an sih?”
            “ngapain lo? Ngelamun? Mikiran sapa? Udah naksir lo sama salah satu cowok disini?
            “apa’an sihhhh !!!”
Aku dan Fhiya kenal sejak kuliah disini. Fhiya kenalanku yang berasal dari Indonesia. Jadi, aku tak  perlu susah payah berbicara bahasa inggris denganya.
Beberapa bula kemudian….
            Pagi yang dingin sekali.. Baru kali ini aku merasakan salju. Seumur hidupku, ini kali pertama Jsenangnyaa.. pagi ini aku jalan-jalan mengelilingi Harvard, maklum. Sejak kuliah disini, aku belum pernah menyusuri Harvard karena tugas yang tak ada habisnya, belum lagi ujian yang sering diadakan. Jadi beberapa bulan itu, waktu ku habis di kamar kosku menatap buku yang tak ada habisnya. tak sengaja aku menyenggol seseorang yang ada di depanku, dan buku yang dibawanya jatuh semua.
            “ah ! I’m sorry” kataku
            “It’s okay, no problem J
Ku balas dia hanya sebuah senyuman, dan  langsung aku membantunya membereskan buku-buku tadi. Sewaktu aku membereskan salah satu buku diantara yang lain, buku itu bertuliskan “DAFY CARAKA PRATAMA “degg, jantungku berdetak sangat kencang.. beribu pertanyaan datang di benakku. Apakah dia? Orang yang slama ini aku pikirkan? Orang slama ini menjadi penyemangat hidupku? Penyemangat yang tak pernah ada habisnya walau jarak membentagnya? pikirku tak habis-habis, tiba-tiba, lamunanku terbuyar
            “ May I know your name ?” tanyaku
            “With my pleasure, My name’s Dafy, I’m from Indonesia” jawabnya
            “Do you still remember me?”
            “hmm , what’s your name ?”
            “Faza, I’m from Indonesia”
Sore itu juga, dia langsung mengajakku makan di salah satu kafe dekat kampus. Disana dia menceritakan semua kisah pahit yang didalamnya. Dafy hampir saja meninggal dunia saat berusia 13 tahun. Kekebalan tubuhnya sangat tipis dan ada seseorang yang berniat buruk. Ada seseorang yang mencoba mematikan alat pendetak jantung yang saat itu berada di samping Dafy. Sayangnya, Dafy pada saat keadaan tidak sadar. Dan, dafy sempat tidak menghembuskan nafasnya. Beruntung, suster cepat datang dan segera memanggil dokter. Saat dokter mencoba menghidupkan detak jantungnya, Dafy seperti berada di sebuah lorong.. Setelah menyusuri lorong tersebut ada dua pintu di hadapannya, pintu kanan dan kiri. Sayangnya , pintu sekarang yang terbuka ialah pintu sebelah kiri. Dia segera memasuki pintu tersebut. Banyak orang seperti telah mengalami kebakaran, sekujur tubuh mereka ada api yang menyala-nyala, layaknya neraka. Dafy takut, akhirnya ia memutuskan untuk mundur. Dalam perjalanannya mundur, dia mendengar suara ponsel ayahnya , 1 detikpun dia membuka matanya lebar-lebar. Dan, sekarang dia sudah berada tempat dimana dia dirawat tadi.
            Tak terasa air mataku jatuh, membasahi pipiku. Aku membayangkan saja, apa yang dialami sahabat kecilku. Syukurnya, karena mukjizat yang diberikkan Allah SWT, Dafy bisa melawan yang menyerang penyakit yang ada dalam dirinya. Tak hanya itu, disaat Dafy genap berusia 16 tahun, orang tuanya bercerai. Dafy hancur.. hancur.. dan  hancur.. Dia sudah tidak tahan. Bahkan, dia sudah mencoba untuk bunuh diri. Dia sudah mencoba untuk bunuh diri dengan cara melompat dari lantai 8 apartemennnya. Beruntung, dia sadar, akan pengorbanan orang tua untuknya melawan penyakit yang pernah dideritanya. Syukurlah.
            2 jam lebih, aku duduk disebelah Dafy. Entah mengapa, saat aku berada di dekat Dafy, hatiku saat damai J. Penjual lollipop yang lewat di hadapanku, sebagai symbol aku dan  Dafy selalu bersama walau kita tak mungkin saling memiliki, karena kita sahabat selamanya. Lolllipop berbentuk lingakaran, hubungan kami juga seperti itu, walau tak mungkin untuk saling memiliki , tapi tak pernah berujung . Kita kan  meraih kesuksesan bersama.. SWEET LOLLIPOP J by Asha


Tidak ada komentar:

Posting Komentar